Pengukuhan Guru Besar Muhtarom HM
HUMASWALISONGO. Prof. Dr. H. Muhtarom HM, hari ini (28/3) dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Pengukuhan berlangsung dalam rapat senat terbuka di Auditorium Kampus III. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan pidato pengukuhannya, "Pendidikan Islam di Tengah Pergumulan Budaya Kontemporer".
Menurutnya, banyak orang dalam masyarakat kontemporer yang lebih banyak menghargai segi kehidupan materialistik daripada segi spiritualitas serta menjalarnya budaya permisif terutama dilkalangan remaja. Akibatnya adalah lembaga-lembaga pendidikan yang kurang menjanjikan kehidupan materi kurang diminati, munculnya sikap individualis dan memungkinkan terjadinya konflik dalam nilai-nilai sosial dan polarisasi budaya.
lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa arah pendidikan Islam adalah menuju terbentuknyapeserta didik yang mempunyai kognitif intelektual dan cerdas, sehingga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang baik menurut Islam untuk kemaslahatan hidup bersama. Misi pendidikan Islam adalah dapat memanfaatkan daya tubuh, daya hidup, daya akal dan daya kalbu, guna menyelaraskan hubungan erat antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Pemberdayaan daya-daya ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki kemampuan memelihara tradisi dan budaya sendiri.
Muhtarom juga mengatakan, bahwa orang yang berilmu dan menguasai teknologi tinggi, tetapi tidak memiliki ikatan agama pada hati nurani dengan Tuhannya, maka ia akan kehilangan sifat aslinya. pada saat-saat menghadapi permasalahan yang harus diselesaikan ia mengalami kebingungan.
Muhratom HM lahir di Kaliyoso, Cepiring, Kendal, 19 September 1942. Setelah tamat dari Sekolah Rakyat tahun 1958, ia belajar di sebuah sekolah menengah pertama untuk beberapa tahun, kemudian pindah ke kuliyatu al-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) di Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan selesai tahun 1964.
Menurutnya, banyak orang dalam masyarakat kontemporer yang lebih banyak menghargai segi kehidupan materialistik daripada segi spiritualitas serta menjalarnya budaya permisif terutama dilkalangan remaja. Akibatnya adalah lembaga-lembaga pendidikan yang kurang menjanjikan kehidupan materi kurang diminati, munculnya sikap individualis dan memungkinkan terjadinya konflik dalam nilai-nilai sosial dan polarisasi budaya.
lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa arah pendidikan Islam adalah menuju terbentuknyapeserta didik yang mempunyai kognitif intelektual dan cerdas, sehingga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang baik menurut Islam untuk kemaslahatan hidup bersama. Misi pendidikan Islam adalah dapat memanfaatkan daya tubuh, daya hidup, daya akal dan daya kalbu, guna menyelaraskan hubungan erat antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Pemberdayaan daya-daya ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki kemampuan memelihara tradisi dan budaya sendiri.
Muhtarom juga mengatakan, bahwa orang yang berilmu dan menguasai teknologi tinggi, tetapi tidak memiliki ikatan agama pada hati nurani dengan Tuhannya, maka ia akan kehilangan sifat aslinya. pada saat-saat menghadapi permasalahan yang harus diselesaikan ia mengalami kebingungan.
Muhratom HM lahir di Kaliyoso, Cepiring, Kendal, 19 September 1942. Setelah tamat dari Sekolah Rakyat tahun 1958, ia belajar di sebuah sekolah menengah pertama untuk beberapa tahun, kemudian pindah ke kuliyatu al-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) di Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan selesai tahun 1964.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home