PILIHAN REKTOR BERJALAN DENGAN LANCAR
Rabu (15/11) kemarin senat IAIN Walisongo melakukan reformasi dengan agenda utama pemilihan rektor untuk periode 2006 – 2010. Seluruh anggota senat sejumlah 35 orang dari unsur dosen, pegawai dan mahasiswa hadir pada acara tersebut. Sempat terjadi perdebatan panjang tentang status hak memilih dari unsur administrasi yang diwakili oleh Kepala Biro. Namun karena semua anggota senat memandang dan menjunjung tinggi statuta sebagai pedoman dan aturan main dalam persidangan tersebut akhirnya terjadi kesepakatan bahwa unsur administrasi yang menjadi senat yakni Kepala Biro mempunyai hak pilih.
Calon Rektor yang sebelumnya menyampaikan visi misi beberapa waktu lalu yakni Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A., Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. dan Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. ikut terlibat langsung dan menyampaikan haknya sebagai anggota senat dari unsur guru besar. Dari ketiga calon itu terjadi kejar mengejar suara. Pada penghitungan suara Prof. Amin Syukur memperoleh 17 suara, Prof. Abdul Djamil 18 suara dan Prof. Muhibbin 0. Dengan demikian secara dejure Prof. Djamil menjadi Rektor IAIN Walisongo untuk periode 2006 – 2010. Ia terpilih kembali untuk periode kali kedua.
Suasana pilihan Rektor kali ini lain dari pada yang lain, karena dua kubu Prof. Amin dan Prof. Djamil sama-sama mempunyai kans besar untuk memperoleh kursi nomor satu di IAIN Walisongo. Sementara Prof. Muhibbin sebagai kuda hitam ternyata tidak mendapat satu suarapun. Terjadi mendebarkan yang begitu luar biasa saat penghitungan akhir, yang ternyata perolehan suara Prof. Djamil lebih unggul satu suara dibanding Prof. Amin.Menurut sebagian orang, jika terjadi sebuah kompetisi apapun, yang menang jangan sampai menepuk dada dan sombong, sementara yang kalah jangan sampai meratapi kekalahannya terus menerus. Kesombongan akan membawa petaka bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, sementara kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Sehingga dengan demikian terjadilah suasana yang harmonis dan seimbang. Karena pada dasarnya yang lebih penting adalah bukan siapa yang menjadi rektor tetapi bagaimana kita semua memajukan IAIN Walisongo kedepan.
Calon Rektor yang sebelumnya menyampaikan visi misi beberapa waktu lalu yakni Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A., Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. dan Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. ikut terlibat langsung dan menyampaikan haknya sebagai anggota senat dari unsur guru besar. Dari ketiga calon itu terjadi kejar mengejar suara. Pada penghitungan suara Prof. Amin Syukur memperoleh 17 suara, Prof. Abdul Djamil 18 suara dan Prof. Muhibbin 0. Dengan demikian secara dejure Prof. Djamil menjadi Rektor IAIN Walisongo untuk periode 2006 – 2010. Ia terpilih kembali untuk periode kali kedua.
Suasana pilihan Rektor kali ini lain dari pada yang lain, karena dua kubu Prof. Amin dan Prof. Djamil sama-sama mempunyai kans besar untuk memperoleh kursi nomor satu di IAIN Walisongo. Sementara Prof. Muhibbin sebagai kuda hitam ternyata tidak mendapat satu suarapun. Terjadi mendebarkan yang begitu luar biasa saat penghitungan akhir, yang ternyata perolehan suara Prof. Djamil lebih unggul satu suara dibanding Prof. Amin.Menurut sebagian orang, jika terjadi sebuah kompetisi apapun, yang menang jangan sampai menepuk dada dan sombong, sementara yang kalah jangan sampai meratapi kekalahannya terus menerus. Kesombongan akan membawa petaka bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, sementara kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Sehingga dengan demikian terjadilah suasana yang harmonis dan seimbang. Karena pada dasarnya yang lebih penting adalah bukan siapa yang menjadi rektor tetapi bagaimana kita semua memajukan IAIN Walisongo kedepan.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home