Wednesday, November 22, 2006

QARYAH SHAGHIRAH


HUMASWALISONGO. Rabu (22/11) Rektor IAIN Walisongo berbicara di halaqah/seminar nasional di Ponpes Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang. Tema halaqah "Wawasan Kebangsaan dalam Perspektif Islam di Era Globalisasi" ini merupakan kerjasama depdagri dengan ponpes yang diasuh oleh KH. Dzikron Abdullah. Dalam kesempatan itu Prof. Djamil memberikan ta'rif atau definisi globalisasi ('awlam) dan nasionalisme. Ia juga memaparkan dampak dari globalisasi baik yang positif (berkah) maupun yang negatif (laknat). Banyak hal yang kita dapat dari hasil modernisasi. Salah satu contoh adalah pada teknologi informasi, dimana, manusia antara yang satu dengan yang lain bisa berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, ras, kaya miskin, agama dan yang lain. Ibarat global village (qaryah shaghirah), dunia berada dalam genggaman seseorang. Dalam hal ini Profesor yang ahli dalam Ilmu Filsafat Islam mencontohkan saat Ladi Diana mengalami kecelakaan di Paris Prancis. Ia berteman dengan Dody al-Fayed seorang milyarder dari Mesir. Ladi Diana sorang permaisuri dari Inggris, menaiki mobil Mercy buatan Jerman yang dibuat di Belanda dengan seorang sopir dari Swedia yang dikejar-kejar paparazzi dari Italia. Ia mengalami kecelakaan karena sopir mabuk meminum wisky dari Scotlandia. Kemudian ia diobati oleh seorang dokter dari Amerika dengan obat berasal dari Brazilia, dibawa oleh orang Belgia dengan kuli dari India, dan yang terakhir di jarah oleh orang Indonesia", joke ini sekaligus mengundang tawa para hadirin.
Rektor ingin menyampaikan bahwa ternyata dari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Ladi Di ini adalah orang yang berlatar belakang berbeda dari negara yang berbeda pula terjadi dalam satu kurun waktu. Ini menunjukkan betapa informasi itu dapat diakses oleh seluruh manusia secara bersama. Begitu cepat dan tak terhalang oleh ruang dan waktu.
Sementara akibat negatif dari hasil teknologi informasi ini tergantung dari kepribadian manusia itu sendiri. Disinilah perlunya melibatkan ulama, kiai dan perguruan tinggi, ponpes, dan lembaga-lembaga sebagai sensor bagi moralitas manusia untuk mengendalikan diri agar tidak berbuat nista. Acara ini dibuka oleh Gubernur yang diwakili Staf Ahli Kemasyarakatan dengan moderator Dr. Noor Ahmad, M.A. dengan pembahas KH. Masruri Mughni (Rois Syuriah PWNU Jateng).

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home