Wednesday, October 31, 2007

TANTANGAN PTAIS KEDEPAN

Rektor saat memberi sambutan pada wisuda
STAIMUS Surakarta

10 Wisudawan terbaik, 9 diantaranya kaum wanita

HUMASWALISONGO. Sebagai pembinaan kepada Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTAIS) yang dikenal dengan KOPERTAIS X Jawa Tengah, Rektor yang dalam hal ini sebagai koordinator melakukan kunjungan kerja di STAIMUS (Sekolah Tinggi Agama Islam Mamba'ul Ulum Surakarta) pada Selasa, 30 Oktober 2007. Pembinaan kali ini sekaligus memberikan sambutan dalam wisuda sarjana S1, D.II PGMI/PGAISD dan D.II PGRA/PGAITK. Sejumlah 537 wisudawan dan wisudawati mengikuti acara dengan khidmat. Dalam sambutannya Rektor memberikan ucapan selamat dan apresiasi kepada semua wisudawan, terutama dengan dominasinya kaum wanita sebagai wisudawati terbaik yang paling banyak. Dari 10 wisudawan terbaik 9 diantaranya adalah kaum wanita. Ini kabar gembira dan menunjukkan kualitas atau kemampuan wanita ternyata bisa bersaing dengan kaum pria, terutama dalam hal ilmu pengetahuan. STAIMUS sebagai perguruan tinggi Islam swasta di Jawa Tengah adalah bagian dari usaha untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan demikian keberadaannya dituntut untuk menjadi lembaga yang profesional.


Indonesia membutuhkan tenaga-tenaga profesional di berbagai bidang, terutama pendidikan agama Islam. Dengan adanya Undang-undang Sisdiknas, PP Peningkatan Mutu Pendidikan dan Undang-undang Guru dan Dosen yang mensyaratkan seorang guru harus lulusan S.1 menunjukkan akan arti penting sebuah perguruan tinggi dalam mencetak tenaga-tenaga profesional itu. Disinilah peluang bagi para ahli yang mempunyai kompetensi dalam ilmu pendidikan agama di tengah masyarakat. Dengan dasar-dasar yang kuat, perilaku dan atau akhlak yang baik serta kemampuan menguasai ilmu adalah sesuatu yang menjadi kosyarat dalam mengarungi kehidupan nyata yang penuh tantangan.

Thursday, October 25, 2007

PERERAT SILATURAHMI UNTUK MERAIH MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK

Mukhsin Jamil, M.Ag. saat menerima penghargaan dari Rektor
di sela-sela acara halal bi halal. Penghargaan sebagai peneliti terbaik
IAIN Walisongo tahun 2007



Drs. KH. Ali Mukti sedang memberikan tawsiyah
kepada keluarga besar IAIN Walisongo

HUMASWALISONGO. Senin (22/10) IAIN Walisongo menyelenggarakan halal bi halal sekaligus hari pertama masuk kantor setelah libur panjang idul fitri 1428 H. Hadir dalam acara itu para pendiri IAIN, sesepuh dan seluruh keluarga besar IAIN. Rencana Brigjen Drs. H. Kurdi Mustofa akan hadir dalam pertemuan itu sebagai alumni IAIN Walisongo sekaligus ketua majelis dzikir SBY (Susilo Bambang Yudoyono), namun beliau tidak bisa hadir karena berada di luar negeri.
Halal bi halal kali ini mengambil tema "Dengan Halal bi Halal Kita Pererat Silaturahmi untuk Masa Depan Bersama yang lebih Baik", tentunya harapan dari acara ini tidak sekedar bertemu, menyantap makanan setelah itu pulang dan tidak ada efek yang berorientasi ke depan. Rektor sekaligus mewakili keluarga besar IAIN menyampaikan akan arti penting halal bi halal bagi warga IAIN. Ia menginginkan pertemuan seperti ini bermanfaat untuk melebur hal-hal yang berhubungan dengan hak adam. Sehingga antara yang satu dengan yang lain saling memaafkan dan merelakan atas segala kesalahan dan kekhilafan selama bergaul di lingkungan kerja. Kerelaan dan saling memaafkan ini akan menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis di kalangan kita, sehingga kita bisa bekerja dengan enjoy dan semangat. Disinilah maka cita-cita IAIN ke depan akan tercapai. Katanya sambil mengakhiri sambutannya dan memohon kepada KH. Ali Mukti (penceramah dari Semarang) yang akan mengisi halal bi halal ini untuk menguraikan hikmah halal bi halal. Sebelum ceramah dimulai Rektor memberikan penghargaan kepada peneliti terbaik tahun 2007, kepada Mukhsin Jamil, M.Ag. dosen Fakultas Ushuluddin.
Ada 3 (tiga) hal yang perlu kita ketahui dalam halal bi halal ini, kata KH. Ali Mukti, saat berceramah di depan keluarga besar IAIN Walisongo. Pertama, dalam halal bi halal mengandung arti "halalan bi halalin". Artinya setiap kekeliruan yang dilakukan oleh kita memohon untuk dihalalkan. Kekhilafan yang kita perbuat minta dihalalkan. Jadi dalam konteks ini kita memohon dihalalkan semua kesalahan dan kekhilafan tadi, "falyatahallal minhu al-yawma qabla an la yakuna dinarun wa la dirhamun". Kedua, afwan bi afwin. Segala perbuatan salah, dosa kepada sesama manusia meminta dimaafkan. Dan sebaik-baik orang adalah yang meminta maaf atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, namun yang lebih baik lagi adalah orang yang memberi maaf. Derajat orang yang memberi maaf lebih tinggi dibanding dengan orang yang meminta maaf. Oleh karena itu kita semestinya menjadi pemberi maaf kepada saudara-saudara kita sebelum mereka meminta maaf kepada kita. Ketiga, Dua'an bi Dua'in. Dalam suasana silaturahmi seperti ini sudah sepatutnya antara muslim yang satu dengan muslim yang lain saling menduakan. Apalagi suasana seperti ini adalah suasana hati yang begitu gembira. Jika ketiganya terpatri dalam hati keluarga besar IAIN maka cita-cita yang diidamkan oleh IAIN akan tercapai. Tambahnya sambil ditutup dengan doa.
Selanjutnya acara diakhiri dengan bersalaman dengan pendiri, sesepuh dan pimpinan serta seluruh keluarga besar IAIN. Selamat berhalal bi halal....