Wednesday, November 29, 2006

HAJI FADOLI?

HUMASWALISONGO. Kamis (16/11) Rektor IAIN Walisongo secara resmi melepas warga IAIN yang melaksanakan haji pada tahun ini. Sebanyak 23 orang yang berasal dari unsur pegawai dan dosen baik tugas maupun murni haji. Dalam melepas haji rektor memberikan pesan kepada seluruh warga yang mendapat undangan dari Allah SWT untuk mempunyai niat yang betul-betul dicurahkan hanya kepada Allah SWT walaupun hajinya bukan karena bisri (biaya sendiri). Karena niat ini yang akan membawa kepada kita kepada kemurnian pelaksanaan haji. Mudah-mudahan juga setelah haji mendapat limpahan rahmat sehingga dapat berkumpul kembali bersama di IAIN. Dan yang terpenting adalah semoga menjadi haji mabrur, karena tidak ada balasan bagi haji mabrur selain syurga, imbuhnya. Jangan jadi haji "tomat" tegasnya. Apa haji tomat itu, yakni di Mekkah tobat setelah pulang kumat. Ia juga mengatakan ada orang yang disebut haji "padoli", apa-apa di doli, untuk menunaikan ibadah haji. Menurutnya kemampuan melaksanakan haji bukan berarti mempunyai uang dan menjual apa saja untuk melaksanakan haji, karena dimungkinakan setelah haji tidak mempunyai apa-apa lagi untuk menghidupi anak dan istri. Karena kemampuan juga bisa diartikan dengan mempunyai jaringan luas, sehingga bisa dimungkinkan melaksanakan haji dengan dibiayai oleh pihak lain. Siapapun itu yang membiayainya, yang jelas kita bisa melaksanakan haji dan yang lebih penting lagi adalah melaksanakannya dengan baik dan komitmen untuk menjadi haji mabrur. Kemudian acara ditutup dengan do’a yang disampaikan oleh Drs. KH. Ghozali. Dinamika mengucapkan selamat semoga yang belum haji dapat segera menyusul dan yang sudah haji menjadi haji mabrur. Amin.

ULANG TAHUN KORPRI KE-35


HUMASWALISONGO. Rabu (29/11) seluruh anggota Korpri unit IAIN Walisongo mengyelenggarakan upacara hari ulang tahun korpri ke-35. Menurut sambutan Presiden Republik Indonesia yang dibacakan oleh inspektur upacara menyatakan bahwa seluruh anggota korpri harus mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Sebagai anggota korpri harus bisa memberikan pelayanan dengan baik dan lancar serta profesional. Tingkatkan etos kerja dan komitmen memberikan pelayanan yang tidak cenderung kepada KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
anggota korpri harus mampu menunjukkan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hapuskan kesan, bahwa aparatur negara sering lamban dalam memberikan pelayanan publik. Kesan ini, memberikan citra yang tidak menguntungkan bagi birokrasi pemerintahan. Marilah kita perbaiki prosedur pelayanan yang lamban. Marilah kita perbaiki kinerja Pegawai Negeri dalam setiap lingkup organisasi pemerintahan. Dengan cara itu, kita dapat meningkatkan kemampuan aparatur agar lebih sigap dalam melayani kepentingan masyarakat.
Setiap pegawai negeri, baik perorangan maupun komunitas dalam organisasi korpri, harus bersifat netral dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Pegawai negeri tidak boleh memiliki afiliasi politik terbuka terhadap partai politik tertentu. Disamping itu dalam pelayanan kepada masyarakat tidak boleh diskriminatif. Juga harus memiliki keberpihakan terhadap nasib dan kepentingan masyarakat secara keseluruhan, serta kepedulian bagi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal pelayanan kepada masyarakat Presiden mengajak kepada semua anggota korpri untuk tidak alergi dengan kritik dan saran dari masyarakat. Karena hal itu justru akan menjadi motivasi untuk melakukan dan bebuat yang lebih baik.

Wednesday, November 22, 2006

QARYAH SHAGHIRAH


HUMASWALISONGO. Rabu (22/11) Rektor IAIN Walisongo berbicara di halaqah/seminar nasional di Ponpes Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang. Tema halaqah "Wawasan Kebangsaan dalam Perspektif Islam di Era Globalisasi" ini merupakan kerjasama depdagri dengan ponpes yang diasuh oleh KH. Dzikron Abdullah. Dalam kesempatan itu Prof. Djamil memberikan ta'rif atau definisi globalisasi ('awlam) dan nasionalisme. Ia juga memaparkan dampak dari globalisasi baik yang positif (berkah) maupun yang negatif (laknat). Banyak hal yang kita dapat dari hasil modernisasi. Salah satu contoh adalah pada teknologi informasi, dimana, manusia antara yang satu dengan yang lain bisa berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, ras, kaya miskin, agama dan yang lain. Ibarat global village (qaryah shaghirah), dunia berada dalam genggaman seseorang. Dalam hal ini Profesor yang ahli dalam Ilmu Filsafat Islam mencontohkan saat Ladi Diana mengalami kecelakaan di Paris Prancis. Ia berteman dengan Dody al-Fayed seorang milyarder dari Mesir. Ladi Diana sorang permaisuri dari Inggris, menaiki mobil Mercy buatan Jerman yang dibuat di Belanda dengan seorang sopir dari Swedia yang dikejar-kejar paparazzi dari Italia. Ia mengalami kecelakaan karena sopir mabuk meminum wisky dari Scotlandia. Kemudian ia diobati oleh seorang dokter dari Amerika dengan obat berasal dari Brazilia, dibawa oleh orang Belgia dengan kuli dari India, dan yang terakhir di jarah oleh orang Indonesia", joke ini sekaligus mengundang tawa para hadirin.
Rektor ingin menyampaikan bahwa ternyata dari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Ladi Di ini adalah orang yang berlatar belakang berbeda dari negara yang berbeda pula terjadi dalam satu kurun waktu. Ini menunjukkan betapa informasi itu dapat diakses oleh seluruh manusia secara bersama. Begitu cepat dan tak terhalang oleh ruang dan waktu.
Sementara akibat negatif dari hasil teknologi informasi ini tergantung dari kepribadian manusia itu sendiri. Disinilah perlunya melibatkan ulama, kiai dan perguruan tinggi, ponpes, dan lembaga-lembaga sebagai sensor bagi moralitas manusia untuk mengendalikan diri agar tidak berbuat nista. Acara ini dibuka oleh Gubernur yang diwakili Staf Ahli Kemasyarakatan dengan moderator Dr. Noor Ahmad, M.A. dengan pembahas KH. Masruri Mughni (Rois Syuriah PWNU Jateng).

Monday, November 20, 2006

MENIPISNYA BUDAYA "LOMAN"



Sebelum memberikan sambutannya, Rektor, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. mengucapkan mohon maaf lahir dan batin kepada keluarga besar IAIN Walisongo, terutama kepada para sesepuh dan pendiri IAIN Walisongo. Ucapan terima kasih dan apresiasi disampaikan rektor kepada hadirin dan Dra. Hj. Munawarah Thawaf, M.Ag. yang mau memberikan mauidhah hasanah dalam acara halal bi halal kali ini. Menurutnya situasi ini sebagai media komunikasi dan silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan diantara kita, untuk menjalin suasana yang mesra dan harmonis. "Untuk itu kami berharap dengan halal bi halal ini kita saling merelakan dan memaafkan atas kesalahan dan kekeliruan diantara kita", harapnya.
Dalam menyampaikan mauidhah hasanah Dra. Hj. Munawarah Thawaf, M.Ag. menekankan untuk selalu melakukan introspeksi dan evaluasi atas perbuatan yang telah dilakukan. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah terlepas dari salah dan lupa. Ia menyebutkan paling tidak ada 4 hal kekurangan yang dimiliki oleh manusia, yakni khatha (salah). Manusia tidak pernah lepas dari perbuatan salah, siapapun itu. Nisyan (lupa), sifat ini juga tidak mungkin tiada pada diri manusia. Naqis, kurang, sehebat apapun manusia ia pasti mempunyai kekurangan, dan ini tidak boleh kita pungkiri. Terakhir adalah dha'if, lemah. Manusia mempunyai sifat lemah. Disinilah perlunya saling membantu, menolong dan menghargai diantara sesama.
Munawarah menegaskan akan arti penting saling memaafkan diantara sesama. Menurutnya ada lima golongan orang yang dirindukan oleh syurga. Pertama, hati yang selalu taqwa (qalbun taqiyun). Orang yang memiliki hati taqwa akan bertindak dan berperilaku sesuai dengan petunjuk Allah. Ia tidak akan menyia-nyiakan waktu dan hidupnya untuk kepentingan-kepentingan sesaat.
Kedua, wajhun malihun, wajah yang selalu manis, ceria dan senyum saat bertemu dengan orang lain. Kondisi orang yang seperti ini tentu akan mendapat respon yang baik bagi orang yang menjumpainya.
Ketiga, yadun sakhiyun, tangan yang selalu bersedekah. Orang yang dermawan dan "loman" selalu menggunakan dan mentasarufkan hartanya untuk kepentingan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan agama. Munawarah menyinggung "siapapun yang jadi rektor akan datang yang penting ia loman", tegasnya.
Keempat, lisanun fasihun, lesan yang berkata dengan jelas, baik dan benar. Yang ada dalam diri seseorang itu hanyalah perkataan-perkataan baik dan benar, sehingga yang keluar adalah kata-kata hikmah.
Kelima, hubbu shilati al-rahmi, orang yang cinta dengan silah al-rahim. Tidak memutus tali persaudaraan. Ia mempunyai komitmen untuk selalu menyambung tali persaudaraan.
"Jadilah salah satu diantara lima golongan tersebut, agar kita kelak dirindukan oleh syurga", himbau Munawarah.

PILIHAN REKTOR BERJALAN DENGAN LANCAR

Rabu (15/11) kemarin senat IAIN Walisongo melakukan reformasi dengan agenda utama pemilihan rektor untuk periode 2006 – 2010. Seluruh anggota senat sejumlah 35 orang dari unsur dosen, pegawai dan mahasiswa hadir pada acara tersebut. Sempat terjadi perdebatan panjang tentang status hak memilih dari unsur administrasi yang diwakili oleh Kepala Biro. Namun karena semua anggota senat memandang dan menjunjung tinggi statuta sebagai pedoman dan aturan main dalam persidangan tersebut akhirnya terjadi kesepakatan bahwa unsur administrasi yang menjadi senat yakni Kepala Biro mempunyai hak pilih.
Calon Rektor yang sebelumnya menyampaikan visi misi beberapa waktu lalu yakni Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A., Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. dan Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. ikut terlibat langsung dan menyampaikan haknya sebagai anggota senat dari unsur guru besar. Dari ketiga calon itu terjadi kejar mengejar suara. Pada penghitungan suara Prof. Amin Syukur memperoleh 17 suara, Prof. Abdul Djamil 18 suara dan Prof. Muhibbin 0. Dengan demikian secara dejure Prof. Djamil menjadi Rektor IAIN Walisongo untuk periode 2006 – 2010. Ia terpilih kembali untuk periode kali kedua.
Suasana pilihan Rektor kali ini lain dari pada yang lain, karena dua kubu Prof. Amin dan Prof. Djamil sama-sama mempunyai kans besar untuk memperoleh kursi nomor satu di IAIN Walisongo. Sementara Prof. Muhibbin sebagai kuda hitam ternyata tidak mendapat satu suarapun. Terjadi mendebarkan yang begitu luar biasa saat penghitungan akhir, yang ternyata perolehan suara Prof. Djamil lebih unggul satu suara dibanding Prof. Amin.Menurut sebagian orang, jika terjadi sebuah kompetisi apapun, yang menang jangan sampai menepuk dada dan sombong, sementara yang kalah jangan sampai meratapi kekalahannya terus menerus. Kesombongan akan membawa petaka bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, sementara kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Sehingga dengan demikian terjadilah suasana yang harmonis dan seimbang. Karena pada dasarnya yang lebih penting adalah bukan siapa yang menjadi rektor tetapi bagaimana kita semua memajukan IAIN Walisongo kedepan.